5/12/2017

Patah Hati tersakit yang pernah ada

31 Januari 2017
Saya sedang rapat dengan orang-orang di proyek untuk penentuan anggaran pelaksanaan proyek. sedang serius-seriusnya "dibantai" oleh Kasi  Adkon induk. tiba-tiba telepon masuk dari om saya.
Om: "Halo ira, kamu lagi apa? sibuk gak?"
saya: "lagi rapat. tapi gak papa. ada apa?"
om: "ini mau ngomong sesuatu tapi kamu jangan kaget"
saya berpikiran 'oh, mungkin mau minta tolong transfer atau minta tolong dibeliin tiket' terus jawab, "iya, ada apa?"
om: "barusan bapak meninggal"
saya sangat kaget dan bingung entah apa yang harus saya lakukan. terdiam beberapa detik dan menangis sejadi-jadinya. kapro saya (Pak Rimlas) kaget dan bertanya "ada apa, ra?" terus jawab dengan aliran air mata "bapak meninggal, pak!" dan semua orang dalam ruangan pun panik. saya keluar dari ruangan dan memeluk erat cicil dan menangis sejadi-jadinya.
akhirnya saya dibelikan tiket, diantar ke jogja, dan balik ke ambon. teman-teman juga silih berganti menanyakan keadaan saya selama perjalanan ke jogja. dalam pesawat pun tidak sanggup tidur karena membayangkan apa yang harus saya hadapi.

1 Februari 2017
Jam 6 pagi saya landing di ambon. dijemput oleh orang kantor. kemudian berpikiran macam-macam dan membayangkan betapa sedihnya kehilangan bapak satu-satunya. 
Bapak aji.
orang yang selalu tau kapan waktu saya pulang berkunjung ke rumah. orang yang selalu bilang "ira, ose jang macam-macam e. satu macam sa" setiap saya akan pergi meninggalkan rumah. orang yang tanpa absen sehari pun melakukan video call dengan saya walaupun banyak hal gak penting yang dibicarakan. orang yang selalu menitipkan barang-barang aneh seperti "ira, cari bapak ayam burma disana eee", dan masih banyak hal-hal aneh yang dia titipkan yang sebenarnya belum sempat saya belikan. terakhir dia minta "ira, cariin bapak jamu asam urat" saya sudah keliling cari jamunya, tapi gak dapat. ada saya belikan di tokopedia tapi ternyata barangnya kosong :(

kalian bisa bayangkan setiap saya pulang kerumah disambut oleh beliau "irakooo... manako?" tapi kali ini saya pulang kerumah melihat beliau tergeletak di depan televisi. tempat biasa beliau tertidur kalau malam namun kali ini berbeda. beliau tertidur kaku. dengan wajah tenang. tangan terlipat di atas pusar. badan dibungkus sarung. kaki kaku. sekujur badan kaku. tanpa ada sapaan "irakooo... manako?"

yang saya ingat terakhir kali melihat beliau adalah pada saat Idul Adha tahun 2016. terakhir saya meminta ijin ke beliau untuk tahun baru di labuan bajo, dan beliau mengatakan "ose pi keliling indonesia sudah dolo baru nikah". no one ever known that he will gone. so fast. padahal setiap hari masih lakukan video call dengan saya. padahal lagi main badminton terus jatuh dan gak sadarkan diri abis itu pergi. gak pamit-pamit. gak ngomong apa-apa. gak pernah mau ngerepotin orang sampe pergi pun gak ngerepotin sama sekali.

Dear, Bapak aji. saya pernah beberapa kali patah hati dengan lelaki-lelaki lain. dengan kamu, tidak pernah sekalipun saya merasakan patah hati seumur hidup saya. namun, kepergianmu membuat saya patah hati sedalam-dalamnya. kamu akan tetap menjadi cinta pertama saya. kamu akan selalu menjadi Raja di hati saya. kamu akan tetap menjadi bapak aji andalan gue selamanya.

12 Mei 2017
Hari ini tepat 100 hari kepergian beliau. 
Ya Allah, saya tidak meminta banyak untuk beliau. tempatkan beliau di tempat yang baik.. haramkan beliau dari siksaan nerakaMU. terima segala amalan beliau. ampuni segala dosa beliau. dan semoga di akhirat kelak kami sekeluarga bisa berkumpul kembali.

I Miss you so much, bapak aji andalan gue...

No comments:

Post a Comment